Sempat Sentuh 7.700, IHSG Balik Loyo Dibebani 5 Saham Ini

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi pada perdagangan Kamis (29/8/2024), setelah sempat mencetak rekor tertinggi intraday di level psikologis 7.700.

IHSG ditutup melemah 0,41% ke posisi 7.627,6. Setelah sempat menyentuh level psikologis 7.700, IHSG pun terkoreksi kembali ke level psikologis 7.600.

Nilai transaksi indeks pada hari ini sangat ramai yakni mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan 17 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 264 saham naik, 317 saham turun, dan 206 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 1,38%.

Sementara dari sisi saham, emiten perbankan yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi penekan terbesar IHSG yakni mencapai 11,7 indeks poin.

Selain BMRI, adapula emiten pertambangan batu bara yang kemarin sempat menghebohkan pelaku pasar karena adanya transaksi crossing jumbo yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN), yang membebani IHSG sebesar 8,3 indeks poin.

Berikut saham-saham yang membebani IHSG di akhir perdagangan hari ini

IHSG berbalik ke zona merah setelah sempat menyentuh level psikologis 7.700. Pelaku pasar tampaknya masih melakukan aksi profit taking pada hari ini.

Di lain sisi, pasar menanti rilis data pembacaan kedua produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal II-2024.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan produk domestik bruto (PDB) perkiraan kedua AS pada kuartal II-2024 akan tumbuh 2,8%, sama seperti perkiraan awal yang diumumkan pada Juli.

Setiap perubahan dapat memengaruhi ekspektasi terhadap langkah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) berikutnya, meski The Fed sudah mengindikasikan akan memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan September mendatang.

Revisi ini juga akan sangat penting untuk menilai ketahanan ekonomi AS dalam menghadapi potensi penurunan suku bunga.

Namun yang utama, investor menanti rilis data inflasi pengeluaran personal (personal consumption expenditure/PCE) AS periode Juli 2024.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) PCE AS pada bulan lalu tidak banyak berubah atau masih sama seperti pada Juni lalu yakni tumbuh 2,5% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi PCE AS diperkirakan naik sedikit menjadi 0,2%.

Jika benar demikian, maka ‘amunisi’ The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya pada September mendatang cukup besar.

Sebelumnya pada Simposium Jackson Hole, Wyoming Jumat lalu, Ketua The Fed Jerome Powell memberikan sinyal bahwa pemangkasan suku bunga mungkin segera dilakukan, meskipun ia tidak memberikan indikasi pasti mengenai waktu atau besaran pemangkasan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*