PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatatkan peningkatan laba bersih 3,8% secara year on year (yoy) pada semester I-2024 menjadi Rp 10,69 triliun. Hal ini didorong oleh pertumbuhan kredit, efisiensi biaya atas dana hingga kualitas aset yang masih terjaga.
BBNI mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 11,7% menjadi 726,98 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 650,77 triliun.Perolehan ini sejalan dengan proyeksi perusahaan yang menargetkan kredit bisa tumbuh double digit 9-11% tahun ini.
Adapun penyaluran kredit didorong oleh segmen low risk dari korporasi yang tumbuh 18,7% yoy dan segmen KPR dan personal loan yang juga naik dobel digit dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 12,6% yoy dan 17,0% yoy.
Sementara itu, BBNI juga menggenjot porsi dana murah atau current account savings accounts (CASA) di tengah era suku bunga tinggi. Rasio CASA bank naik menjadi 70,7% per semester I-2024, naik dari periode yang sama tahun lalu, yakni 69,6%.
CASA BBNI tercatat naik 2,5% secara yoy menjadi Rp 545,69 triliun pada semester I-2024, dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp 532,34 triliun. Secara keseluruhan, total DPK BBNI naik 1,0% menjadi 772,32 triliun pada semester I-2024, dibandingkan tahun sebelumnya Rp 765,01 triliun.
Upaya peningkatan CASA tersebut menghasilkan efisiensi biaya dana (CoF), sehingga CoF di kuartal II-2024 menjadi 2,72%, membaik 7 bps dibandingkan kuartal sebelumnya 2,79% pada kuartal I-2024. Alhasil NIM BBNI pun mampu terdongkrak 3bps dibandingkan kuartal sebelumnya menjadi 4%
Selain itu, pertumbuhan kredit BBNI pun diiringi dengan perbaikan kualitas kredit yang membuat NPL turun 50 bps menjadi 2% pada semester I-2024 dari sebelumnya 2,5% pada semester I-2023. Kredit berisiko atau loan at risk (LAR) turun 380 bps menjadi 12,3%. sehingga Cost of Credit dapat dijaga di angka 1% dan beban provisi turun 22% yoy.
Head Of Research at PT Panin Sekuritas Niko Laurens mengatakan laba bersih yang dicatatkan BBNI berada diatas ekspektasi analis. BBNI juga tercatat mengalami perbaikan secara kuartalan karena momentum pertumbuhan kredit yang positif, serta stabilnya NIM dan credit cost.
“Kami masih merekomendasikan BUY dengan TP: Rp6.200 dengan implied PB 1,1x di 2025. Kami masih melihat positif prospek sektor perbankan, khususnya perseroan, didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan sebesar 25-50bps di kuartal IV,” kata Nico dalam risetnya.
Rekomendasi positif ini juga didorong oleh momentum positif pertumbuhan kredit yang dipercaya bisa sejalan dengan target perusahaan yakni 10-12%. Selain itu likuiditas yang menunjukkan perbaikan juga ditopang oleh kehadiran superapps terbarunya wondr by BNI, dimana 68% tabungan ritel berasal dari mobile apps.
Ekspansi digital digital BBNI diharapkan juga menjadi katalis positif dan mendorong transaksi ke depannya. Hal ini didukung oleh: onboarding dan servicing dimana nasabah dapat melakukan registrasi di dimana saja, transaction,dengan transfer group serta same day remittance services, serta CASA, PFM dan investment, deposito melalui aplikasi, Tapenas, investasi reksadana.
“Rekomendasi positif ini juga didorong oleh momentum positif pertumbuhan kredit, likuiditas yang menunjukan perbaikan, perbaikan kualitas kredit, serta valuasi yang atraktif,” kata Nico.