Presiden Prabowo Subianto menetapkan target ambisius untuk mencapai swasembada energi dan pangan selama masa kepemimpinannya di Kabinet Merah Putih periode 2024-2029.
Namun, target tersebut takkan mudah dicapai. Terlebih, impor energi, khususnya minyak dan gas bumi (migas), termasuk Liquefied Petroleum Gas (LPG) dan Bahan Bakar Minyak (BBM) RI sudah melampaui Rp 500-an triliun per tahun.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor migas RI pada 2023 mencapai US$ 35,83 miliar atau sekitar Rp 546,59 triliun (asumsi kurs rata-rata selama 2023 sebesar Rp 15.255 per US$).
Adapun dari data impor migas pada 2023 itu tercatat berasal dari:
- Impor minyak mentah US$ 11,14 miliar atau sekitar Rp 169,97 triliun.
- Impor hasil minyak (BBM) US$ 21,01 miliar atau sekitar Rp 320,54 triliun.
- Impor gas (LPG) US$ 3,68 miliar atau sekitar Rp 56,07 triliun.
Begitu juga pada 2024 ini. Data BPS menunjukkan, selama Januari-September 2024 ini, impor migas RI tercatat sudah mencapai US$ 26,74 miliar atau setara Rp 417,59 triliun (kurs Rp 15.615 per US$).
Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023, yang mencatatkan impor migas sebesar US$ 25,76 miliar atau sekitar Rp 402,30 triliun.
Dari total impor tersebut, minyak mentah menyumbang US$ 7,74 miliar, sementara hasil minyak mencapai US$ 18,99 miliar. Angka ini menunjukkan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap impor energi masih signifikan meskipun ada wacana untuk mengurangi ketergantungan tersebut.
Seperti diketahui, Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan visinya untuk menjadikan Indonesia mandiri energi dengan swasembada energi. Salah satu yang digencarkan adalah program campuran bahan bakar dengan kelapa sawit atau biodiesel.
Presiden Prabowo Subianto dalam pidato pertamanya setelah dilantik sebagai Presiden RI di Gedung MPR/DPR, Minggu (20/10/2024), sempat menyinggung kebutuhan energi di dalam negeri. Ke depan, pemerintahannya akan fokus pada swasembada energi.
Prabowo menegaskan, dalam keadaan ketegangan geopolitik saat ini, yang memungkinkan ada perang di mana-mana. Indonesia harus siap dengan kemungkinan yang paling buruk, di mana negara lain harus mengamankan kepentingannya sendiri.
“Kalau terjadi hal yang tidak kita inginkan, sulit akan dapat sumber energi dari negara lain. Karena itu kita harus swasembada energi, dan kita mampu untuk swasembada energi,” ungkap Prabowo dalam Pidato Perdana usai diambil sumpah jabatan sebagai Presiden RI di Gedung DPR/MPR RI, Minggu (20/10/2024).
Menurut Prabowo, Indonesia diberi karunia oleh Tuhan mengenai sumber daya alam. Misalnya, tanaman-tanaman yang bisa dijadikan sumber energi, seperti tanaman kelapa sawit yang bisa menghasilkan solar dan bensin.
Tak hanya itu, tanaman seperti singkong, tebu, sagu, jagung yang bisa diolah untuk menjadi sumber energi.
“Pemerintah yang saya pimpin nanti akan fokus untuk mencapai swasembada energi,” ungkap Prabowo.