China telah mengajukan gugatan kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas tindakan yang diberlakukan oleh Uni Eropa (UE) terhadap kendaraan listrik (EV) yang dibuat di negara Asia tersebut.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) China menyatakan pada Senin (4/11/2024) bahwa “China dengan tegas menentang” keputusan tersebut dan, “untuk melindungi kepentingan pengembangan industri kendaraan listrik dan kerja sama transformasi hijau global, China telah memutuskan untuk mengajukan gugatan terhadap tindakan anti-subsidi terakhir UE.”
“Sangat disesalkan melihat pihak Eropa mengumumkan putusan akhir untuk mengenakan bea masuk imbalan yang tinggi pada kendaraan listrik Tiongkok meskipun ada banyak keberatan dari pihak-pihak terkait, mulai dari pemerintah negara-negara anggota UE, hingga industri, dan masyarakat,” tambah Kemendag China, seperti dikutip RT, Selasa (5/11/2024).
Juru bicara Kemendag China menyebut keputusan UE tersebut tidak memiliki dasar fakta dan hukum, serta melanggar aturan WTO. Mereka menggambarkan putusan tersebut sebagai proteksionisme perdagangan atas nama penerapan bea masuk imbalan.
UE telah merampungkan keputusan untuk mengenakan tarif mulai dari 8% hingga 35% terhadap impor EV China selama lima tahun. Putusan tersebut mengakhiri penyelidikan selama setahun oleh Brussels, yang mengklaim bahwa China mendapat keuntungan dari subsidi yang tidak adil. Pungutan baru tersebut akan dikenakan sebagai tambahan terhadap bea masuk standar UE sebesar 10% untuk mobil.
Brussels berpendapat bahwa tarif diperlukan untuk melindungi produsen mobil Eropa dari persaingan tidak sehat, karena mengklaim produsen China mendapat keuntungan dari subsidi negara. Namun, beberapa anggota blok tersebut, termasuk Jerman dan Hongaria, sangat menentang penerapan tarif.
UE merupakan pasar luar negeri terbesar bagi produsen kendaraan listrik China. Nilai impor mobil listrik Tiongkok oleh UE melonjak menjadi US$11,5 miliar pada 2023, dari hanya US$1,6 miliar pada tahun 2020, yang mencakup 37% dari semua impor kendaraan listrik ke blok tersebut.
Beijing telah berulang kali memperingatkan bahwa UE dapat memicu “perang dagang” jika terus meningkatkan ketegangan. Pemerintah China menuduh blok tersebut melakukan praktik tidak adil selama penyelidikan anti-subsidi, dan menanggapinya dengan mengenakan tarif sementara pada brendi yang berasal dari UE, serta meluncurkan penyelidikan anti-dumping terkait dengan daging babi dan produk susu tertentu dari blok tersebut.
Keputusan UE tersebut menyusul langkah AS untuk menaikkan tarifnya pada kendaraan listrik China dari 25% menjadi 100% pada Mei lalu.