
Kepergian Marcelinho Huertas dari tim nasional (timnas) bola basket Brasil menandai berakhirnya era panjang lebih dari dua dekade, sekaligus membuka jalan bagi generasi baru pengatur serangan.
Berdasarkan laman Federasi Bola Basket Internasional (FIBA), yang dikutip di Jakarta, Rabu, Huertas yang kini berusia 41 tahun pernah menjadi motor utama tim dengan torehan dua gelar FIBA AmeriCup (2005 dan 2009), serta tampil konsisten di ajang Piala Dunia FIBA dan Olimpiade.
“Ketika berusia 41 tahun, Anda harus menyiapkan diri untuk berhenti dan pensiunnya Huertas adalah akhir yang sempurna, karena kami lolos ke Olimpiade lewat turnamen kualifikasi, lalu pertandingan terakhirnya melawan Amerika Serikat, jadi itu penutup ideal untuk karier dia di timnas,” kata Pelatih Kepala Timnas Brasil Aleksandar Petrovic, mengomentari momen pensiun Huertas pada tahun lalu.
Tanpa Huertas, beban pengatur permainan kini dibagi kepada Alexey Borges, Yago Santos, dan Georginho De Paula pada ajang FIBA AmeriCup 2025 di Managua.
Pelatih itu menyatakan, hasil awal cukup menjanjikan dengan Brasil mencatat dua kemenangan atas Uruguay dan Bahama.
Dia mengaku puas dengan kinerja trio tersebut, sembari mengisyaratkan kembalinya Raulzinho Neto dalam skuad tahun ini.
“Saya senang pernah melatih Marcelinho, tetapi sekarang saya juga puas memiliki Yago dan Alexey,” ujar dia.
Dalam dua laga awal, Brasil tampil efektif dengan akurasi 43,5 persen dari tembakan tiga angka (30 dari 69 percobaan).
Pola permainan kolektif terlihat dari kontribusi assist Borges memimpin dengan rata-rata enam assist per laga (apg), diikuti De Paula (4,5 apg) dan Santos (3,5 apg).
Bahkan pemain depan seperti Bruno Caboclo dan Lucas Dias turut menyumbang rata-rata 2,5 apg.
Petrovic menambahkan, kehadiran banyak pengatur serangan tidak membuat angka turnover meningkat.
Brasil hanya mencatat 10 kehilangan bola per laga, yang merupakan catatan terbaik di turnamen.
Pemain timnas bola basket Brasil Georginho De Paula menilai Huertas berperan besar dalam membentuk generasi baru timnas saat ini.
“Kami belajar banyak darinya dalam empat turnamen terakhir dan sekarang kami harus melanjutkan jejaknya,” ujar pemain itu.
Meski sulit menandingi karier 20 tahun Huertas, pengaruhnya tetap menjadi panduan bagi generasi penerus bola basket Brasil.